Mahasiswa itu kentara sekali terlihat tegang. Dia menarik nafas lalu dihembuskan. Dia menunduk lalu komat-kamit, entah membaca doa atau melafalkan opening sidang skripsi. Tak lama sidang skripsipun dimulai. Saya, sebagai penguji, melihat dia memang agak gugup saat presentasi, tapi laporannya cukup baik. Setidaknya lebih baik dari sebagian laporan skripsi/karya akhir yang saya baca sebelumnya.
Selama 1.5 bulan terakhir, saya terlibat di beberapa sidang sebagai pembimbing tapi lebih sering sebagai penguji di tingkat sarjana maupun master. Sebelum sidang, saya selalu menyempatkan membaca laporan yang akan diujikan. Topiknya bermacam-macam. Kualitasnya pun beragam. Di satu pembimbing yang sama, topik mirip atau metodologi sama, tapi kualitasnya bisa jauh berbeda. Dari membaca sekian banyak laporan skripsi/karya akhir mahasiswa, ada masalah-masalah umum yang sering muncul:
- Urgensi masalah tidak terlihat. Laporan ilmiah perlu memuat justifikasi/argumen kenapa perlu melakukan riset ini secara eksplisit. Apakah ada masalah di dunia nyata yang perlu diselesaikan? Apakah ada gap di literatur yang worthy utk diteliti?
- Argumen pemilihan komponen disain riset tidak ada atau minimal sekali. Laporan langsung menyajikan pendekatan kuantitatif/kualitatif, metode pengumpulan dan analisis data, tanpa argumen kenapa itu dipilih, tanpa perbandingan dengan alternatif lain. Tanpa itu, skripsi atau tesis hanya akan menjadi laporan pelaksanaan kegiatan, bukan tulisan ilmiah. Maka perlu diberikan argumen pemilihan komponen di disain riset, seperti apa kelebihan kuantitatif dibanding kualitatif untuk konteks penelitian ini. Contoh: kenapa pilih scrum? Coba bandingkan dengan metodologi pengembangan software lain.
- Pada pelaksanaan survei, data demografi dikumpulkan hanya karena “mumpung” sekalian, tapi tidak digunakan lebih lanjut. Apakah bisa digunakan (minimal) untuk interpretasi hasil pengujian hipotesis?
- Pemilihan teori / model tanpa argumen yang cukup atau perbandingan dengan teori lain. Seolah-olah hanya menemukan teori/model itu dan langsung pakai. Sebaiknya berikan perbandingan dengan model/teori lain.
- implikasi teoretis dan praktikal tidak ada/tidak terlihat. Implikasi teoretis bisa berupa pembuatan/perbaikan model/algoritma baru, kontekstualisasi teori, metodologi baru dll. Implikasi praktikal bisa dilihat dari pihak-pihak yang bisa mendapatkan manfaat dari hasil penelitian.
- Kurangnya kontekstualisasi. Apakah ada pengaruh konteks, seperti dilakukan di Indonesia/industri tekstil, terhadap pemilihan faktor/pembuatan model/interpretasi hasil?
- Visualisasi. Kalau bisa pakai gambar/grafik/diagram, jangan malu-malu. Juga pilih jenis yang cocok, seperti visualisasi proporsi market share adopsi e-marketplace coba gunakan pie chart, jangan tabel, biar keliatan pembagian ‘kuenya’.
- kurangnya referensi. Berbagai klaim di laporan harus ada referensinya.
- Tidak adanya keterbatasan penelitian. Tidak ada penelitian yang sempurna. Merupakan sebuah nilai plus, kalau peneliti sadar akan keterbatasan risetnya sehingga bisa memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.
- Laporan yang masih banyak kesalahan-kesalahan penulisan atau formatting. DUH. Saya mengerti riset itu melelahkan, baca paper itu berat, ngumpulin data bikin makan hati, interpretasi data menimbulkan pertanyaan pilihan hidup. Tapi kalau setelah melalui semua itu, penulisannya berantakan, kan sayang. Ada berbagai kesalahan penulisan seperti “limiah”, “kauntitaif”, “kulittatif”; daftar isi masih ada errornya; tanda baca, spasi, formating yang masih salah; bahkan masih ada komentar dari pembimbing!! Semua itu membuat pembaca jadi meragukan kredibilitas penulis. Laporan yang rapi, bebas typo, akan memberikan kesan yang baik, terutama bagi penguji.
Sama seperti berbicara, saya ikut pendapat kalau laporan tertulis itu bersifat “writer responsible” bahwa tugas penulislah membuat laporan itu bisa dimengerti pembaca. Bila pembaca masih bingung, itu bukan berarti penulis lebih pintar dari pembaca, tapi justru kemampuan menulis dan menyajikan laporan si penulislah yang perlu diasah lagi. Caranya gimana? Konsisten menulis dan mulai seawal mungkin. Semoga bermanfaat.