Uncategorized

Jalan Bercerita

~ Bagian ketiga dari sebuah pentalogi.

Ada dua kejadian menarik selama di perjalanan. Yang pertama, saat di perjalanan menuju Bukittinggi, tepatnya di Kayu Tanam. Ada kerumunan orang di pinggir jalan. Sambar kamera, turun ke jalan (bukan aksi loh). Mencoba menyeruak barisan kerumunan sampai akhirnya melihat ini….

Apa itu? Ayo ada yg bisa nebak? ada satu Beng-beng bagi yang bisa nebak. 😀

Ayo, apa?

Apa?

Nyerah?

Hmmm….Ya, sudah…. Beng-beng kali ini tak bertuan. Inilah jawabannya…

Keterangan gambar: model adalah ular anaconda (?) yang tengah mengandung seekor rusa. Ya, rusa. Rusa malang yang ditelan bulat-bulat. Mulut ular itu bisa begitu fleksibel, lebar banget mangapnya pas nelen si bamby. Berdasarkan informasi yg didapat, ular ini akan tidur terus dalam waktu yg lama, sementara perutnya mencerna makanan. Agak2 mirip onta.

Waktu liat sendiri, sungguh menggetarkan hati. Kalo ketemu ular ini seorang diri dan dia lagi ga puasa, mmm……

Ada2 saja cara manusia mengais rezeki, sang ular ditangkap (mungkin karena ga muat masuk sarang), dan dipertontonkan layaknya topeng monyet. Salut juga sama orang yang kreatif ini, lebih inovatif daripada manusia muda yang mengemis di pinggir jalan, dengan hanya bermodalkan wajah memelas. Allah SWT sudah menjatahkan rezeki masing2 orang, tinggal dijemput. Padahal bumi mampu memenuhi kebutuhan semua orang, (tapi tidak mampu memenuhi kerakusan manusia). Apa yang salah ya? Mentalnyakah? Ah, saya ga cukup kompeten, lagian postingan kali ini bukan tentang ini. Lanjuuut…

Cerita kedua, tentang Porbbi. Ada yang mau nebak kepanjangan dari apakah Porbbi itu? Tanya mbah Google?

Ga ada? Hmmm… ga adakah yg mau Beng-beng? Ya sudah. Porbbi adalah Persatuan Olah Raga Berburu Babi Indonesia. Yeah, buru babi. Jadi di Bulu Rotan, Sijunjung, komunitas babi sudah sangat meresahkan masyarakat. Apa aja dimakan, ladang penduduk jarang yang bertahan hidup dari serangan hama ini. Oleh karena itu, dibentuklah ajang besar-besaran untuk berburu si Babe.

Kaum lelaki (biasanya) bersama dengan anjing mereka berkumpul di suatu lokasi, barisan mobil pengangkut bisa panjang sekali.

Mereka merundingkan strategi, berbagi peran dan bergerak ke pos masing-masing. Walaupun tidak secanggih strategi perang ala Sun Tzu, but it works, sesuai gitu sama konteksnya. Jadi dibagi tugas: ada yang menyusuri hutan, ladang dan sawah dari beberapa jurusan untuk mencari babi2 sementara ada yg menunggu, bila ketemu, babi2 ini akan dikepung, digertak dan diarahkan ke suatu titik. Titik ini adalah lapangan terbuka. Begitu babi memasuki arena, para anjing dengan komando dari tuannya (bagian yg menunggu tadi) akan menyerbu si babi ini. Done!!

Sounds simple, isn’t? hehe,untunglah kenyataan di lapangan tidak semembosankan teori. Terkadang babi-babi itu akan melawan, para anjing bisa saja terluka karena babi mempunyai taring dan kuku yang tajam, secara kukunya terus terasah menggali tanah. Bisa jadi, selain geram karena panen mereka yang terus menerus gagal karena hewan dengan nama latin Potamochoerus porcus ini, pertarungan babi vs anjing adalah daya tarik yang lebih besar. Karena Porbbi ini meliputi berbagai kepentingan. Ajang ini tidak sekedar latihan olahraga anjing dan arisan para tuannya, ada pertaruhan kehormatan terselubung disini.

Bila ada anjing berhadapan face to face dengan babi, lalu si anjing mengkeret, mengepit ekor di antara kedua kakinya, mundur dan akhirnya kabur. Kalah dalam adu antar hewan tangguh ini, para penonton dengan kejamnya, bersorak mencemooh, “huuu… anjiang sia tu..” (huuu… anjing siapa tuh, -pen). Kemungkinan siy tuannya berlepas tangan, cuek aja anjingnya berdarah2, persis Iblis berlepas tangan dari manusia yang disesatkannya, di akhirat nanti.

Namun, bila the dog keluar sebagai pemenang, tuannya akan bersiul memanggil, anjing champion ini akan berlari ke tuannya. Semua akan memandang dengan sorot kagum. Si anjing juga ga perlu dikasih makan, setidaknya untuk tiga hari. Udah dapet nama, hemat lagi hohoho….

Postingan kali ini, mengangkat hewan sebagai lakonnya. Disamping suasana di jalan yang asli desa banget. Insya Allah bagian keempat akan bercerita tentang walimahan.

~ btw, syahrul Ramadhan telah datang, mohon maaf untuk lisan dan tulisan yg salah, tingkah laku, ya semua yg salah. Maap… maap.

~ saat pintu neraka ditutup, suasana surgawi datang. Ramadhan indah sekali…. :0

16 thoughts on “Jalan Bercerita”

  1. PORBBI ni kayaknya seru… 😀
    Jadi inget karapan sapi. Pernah nonton?

    Wait a minute,…
    Look at this words, “Kemungkinan siy tuannya berlepas tangan, cuek aja anjingnya berdarah2, persis Iblis berlepas tangan dari manusia yang disesatkannya, di akhirat nanti.”

    If (tuannya == Iblis)
    do (anjingnya == manusia)
    end if
    ???

  2. @leni: segede apa, Len? segede yg di foto ga?kalo iya, serem abis. kecuali kalo dia lagi puasa juga 😛

    @franova dan pisceldo: abis saya nanya, ga dijawab 😛

    @jono: ga tau tuh, terdaftar ato ga.

    @agung: belum pernah nonton langsung karapan sapi, mudah2an ada kesempatan menjelajah Madura..

    tentang codingannya, ya kurang lebih seperti itu, namun tidak terbatas kepada harfiah, lebih kepada substansinya.. (si dateng [tm] 😛 )

    @yans: oiya, linknya ada?

    @ilman: ya,, insya Allah,

    @ikpoe: mo kemana? ke bukittinggi?

    @ erain406:(ular? imut?) serem…
    ~menjauh.. 😛

Leave a reply to ikpoe Cancel reply